Mind Mapping B.indo

PUISI LAMA
 Contoh Puisi Lama, Ciri ciri dan Pengertiannya – Puisi Lama merupakan puisi yang terikat dengan rima atau jumlah baris yang kemuadian memiliki makna yang padat. Rima juga merupakan bunyi akhiran yang tersusun. Untuk Pantun sendiri biasanya memiliki rima AB AB dan memiliki 4 jumlah baris. Dan adapun contoh dan jenis-jenis dari puisi lama adalah sebagai berikut:
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
a)      Jumlah kata dalam 1 baris
b)      Jumlah baris dalam 1 bait
c)      Persajakan (rima)
d)      Banyak suku kata tiap baris
e)      Irama
Contoh Puisi Lama, Ciri ciri dan Pengertiannya
Contoh Puisi Lama, Ciri ciri dan Pengertiannya
Aturan Puisi Lama
1.     Terikat dengan jumlah baris, baik 2, 4 atau lebih.
2.     Terikat dengan jumlah suku kata.
3.     Terikat dengan rima.
4.     Terikat dengan jumlah baris pada satu bait.
5.     Terikat dengan irama.
Ciri-ciri Puisi Lama
1.     Puisi lama berisi tentang kerakyatan yang biasanya tidak dikenal siapa yang mengarang atau no name (anonim dalam ejaan Indonesia).
2.     Puisi lama tersebar secara lisan atau dari cerita masyarakat sehingga masuk kedalam jenis sastra lisan.
3.     Tidak sebebas puisi baru yang sering kali mengabaikan aturan-aturan, Puisi lam terikat pada aturan-aturan seperti persajakan, jumlah suku kata dan lainnya.
Macam – Macam Puisi Lama
1. Pantun adalah puisi lama yang memiliki 4 baris yang terdiri dari 2 baris pertama sampiran dan 2 baris terakhir merupakan isi dari pantun.
Ciri-cirinya:
1.     Memiliki empat baris terdiri dari 2 sampiran dan 2 isi.
2.     Memiliki rima atau persajakan abab
3.     Jumlah suku kata tiap baris ialah 8 sampai 12 suku kata
Contoh Pantun:
Jika ada sumur di ladang
Bolehlah kita menumpang mandi
Jika ada umur yang panjang
Bolehlah kita berjumpa lagi
2. Mantra adalah puisi atau syair yang dipercaya memiliki kekuatan mistis atau ghaib.
Ciri-cirinya:
1.     Memiliki rima abc abc dan abcde abcde
2.     Dipercaya memiliki kekuatan Ghaib
3.     Bersifat misterius
4.     Adanya metafora
5.     Adanya perulangan
6.     Bersifat Esoferik
Contohnya:
Manunggaling Kawula Gusti
Ya Murubing Bumi
Sirku Sir Sang Hyang Widi
Kinasih Kang asih
3. Karmina Adalah puisi lama yang terdiri atas 2 baris dan memiliki rama aa atau bb
Ciri-cirinya:
1.     Terdiri atas 2 baris
2.     Memiliki rima aa atau bb
3.     Tema bersifat epik atau kepahlawanan
4.     Tidak ada sampiran melainkan semuanya ialah isi
5.     Setiap frasa ditandai oleh koma dan diakhiri dengan tanda titim
Contohnya:
Lukamu adalah Lukaku, Ditahan di dalam Kalbu
Tetaplah maju, meski tak tahu yang dituju.
4. Seloka sendiri hampir atau sangatlah mirip dengan Pantun namun memiliki rima yang berbeda. Dalam Seloka jumlah baris seringlah kali lebih dari 4 baris.
Contohnya:
Nafas Kambing di Padang Senja
Dibawa Gerobak buntung
Sungguh indah pandangan surga
Wahai engkau wanita berkerudung
5. Gurindam merupakan puisi lama yang berisi atas 2 baris di setiap baitnya, dan bersajak atau memiliki rima a-a-a-a, serta isinya ialah sebuah nasihat:
Ciri-ciri dari gurindam:
1.     Kurang pikir kurang siasat (a)
2.     Tentu dirimu akan tersesat (a)
3.     Barang siapa tinggalkan sembahyang (b)
4.     Bagi rumah tiada bertiang (b)
5.     Jika suami tiada berhati lurus (c)
6.     Istri pun kelak menjadi kurus (c)
7.      Salah satu gurindam yang terkenal adalah yang ditulis oleh Raja Ali Haji yang berjudul “Gurindam dua belas”, di antaranya yaitu:

8.     I
Barang siapa tiada memegang agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama

Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang ma'rifat

Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah

Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari

Barang siapa mengenal dunia,
tahulah ia barang yang terpedaya

Barang siapa mengenal akhirat,
tahulah ia dunia mudarat

II
Barang siapa mengenal yang tersebut,
tahulah ia makna takut

Barang siapa meninggalkan sembahyang,
seperti rumah tiada bertiang

Barang siapa meninggalkan puasa,
tidaklah mendapat dua temasya

Barang siapa meninggalkan zakat,
tiadalah hartanya beroleh berkat

Barang siapa meninggalkan haji,
tiadalah ia menyempurnakan janji

III
Apabila terpelihara mata,
sedikitlah cita-cita

Apabila terpelihara kuping,
khabar yang jahat tiadalah damping

Apabila terpelihara lidah,
nescaya dapat daripadanya faedah

Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
daripada segala berat dan ringan

Apabila perut terlalu penuh,
keluarlah fi'il yang tiada senonoh

Anggota tengah hendaklah ingat,
di situlah banyak orang yang hilang semangat

Hendaklah peliharakan kaki,
daripada berjalan yang membawa rugi
(Wikipedia, 
http://id.wikipedia.org/wiki/Gurindam_Dua_Belas, akses 4 Februari 2014).
6. Syair merupakan puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri-ciri memiliki 4 baris tiap baitnya, bersajak a-a-a-, dan berisi nasihat atau cerita
Ciri-cirinya:
1.     Terdiri atas 4 baris
2.     Berirama aaaa
3.     Keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair
Contohnya:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
7. Talibun ialah sejenis pantun namun mempunyai jumlah baris yang genap seperti 6, 8 dst.
Ciri-cirinya:
1.     Jumlah barisnya lebih dari 4 baris, namun haruslah genap misalnya, 6, 8, 10, 12 dan seterusnya.
2.     Apabila satu bait berisi 6 baris, maka susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
3.     Apabila satu bait berisi 8 baris, maka susunannya empat sampiran dan empat isi.
4.     Jika 6 baris sajaknya adalah a-b-c-a-b-c.
5.     Jika terdiri atas 8 baris maka sajaknya a-b-c-d-a-b-c-d.
Contohnya:
Jauh dimata jangan di pandang
Jauh dihati jangan di sakiti
Jauh dibadan jangan disentuh
Kalau dosa terus ditambang
Walau mati itu pasti
Tanda hatimu rapuh
·         Mantra ditujukan kepada makhluk gaib, maka kalau dihadapkan pada manusia itu menjadi sesuatu yang tidak dipahami atau sesuatu yang misterius (Yunut, 1981: 213-216).
·         Mantra merupakan bentuk puisi lama yang mempunyai atau dianggap dapat mendatangkan kekuatan gaib yang biasanya diajarkan atau diucapkan oleh pawang untuk menandingi kekuatan yang lain (Suprapto, 1993: 48).
·         Mantra adalah perkataan atau ucapan yang mendatangkan daya gaib, susunan kata yang berunsur puisi (rima, irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain (Depdikbud, 1997: 558).
Berdasarkan tujuan pelafalannya, mantra dibagi menjadi empat jenis, yaitu:

a. Mantra Pelindung Diri: digunakan untuk penjaga diri, disebut juga sebagai penangkal, biasanya dibacakan pada benda tertentu, sehingga benda tersebut memiliki kekuatan gaib dan dapat melindungi si pemiliknya. Jenisnya ada beberapa macam seperti; penahan atau penguat, pelindung, penunduk, pemanis atau pengasih, dan pembenci.

Contoh mantra penunduk buaya:

Hai si jambu rakai
Sambutlah
pekiriman putri
Runduk di gunung
Ledang
Embacang masak sebiji bulat
Penyikat tujuh penyikat
Pengarang tujuh pengarang
Diorak dikembang jangan
Kalau kau sambut
Dua hari jalan ketiga
Ke darat kau dapat makan
Ke laut kau dapat aku
Aku tau asal kau jadi
Tanah liat asal kau jadi
Tulang buku tebu asal kau jadi
Darah kau gila, dada kau upih 

b. Mantra Pengobatan: mantra ini digunakan untuk mengobati penyakit, masyarakat Melayu percaya bahwa sebenarnya penyakit itu datangnya tidak hanya dari faktor alam saja, tetapi juga ada pengaruh gaib, sehingga dengan membacakan mantra maka akan dapat mempercepat sembuhnya penyakit.

c. Mantra Pekerjaan: mantra ini digunakan untuk mempermudah pekerjaan, biasanya diucapkan sebelum memulai pekerjaan. Pekerjaan yang biasanya dibacakan mantra adalah pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari seperti berternak, bercocok tanam, berburu, melaut, dan sebagainya.
Jenis-jenis mantra untuk pekerjaan adalah; mantra semangat padi, mantra untuk tanaman jagung, mantra menanam benih, mantra pengusir hama tikus, dan lain-lain.

d. Mantra Adat-istiadat: mantra ini biasanya digunakan saat ada upacara adat di suatu daerah, dan dibacakan oleh orang-orang tertentu seperti orang yang dihormati atau dipercaya oleh penduduk setempat, pawang atau dukun.

Jenis-Jenis Puisi Lama dan Contohnya Lengkap

a. Pantun 
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Mingangkabau yang berarti "petuntun".  Pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. 
Ciri lain dari sebuah pantun adalah pantun tidak terdapat nama penulis. Hal ini dikarenakan penyebaran pantun dilakukan secara lisan.Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampirandan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris  masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.   
 
contoh pantun: 
asam kandis asam gelugur
 
Ketiga asam riang-riang
 
Menangis mayat di dalam kubur
 
Teringat badan tidak sembahyang


Pantun sendiri masih berbagai macam jenisnya, diantaranya: pantun adat, agama, budi, jenaka, kepahlawanan, kias, nasihat, percintaan, peribahasa, perpisahan, dan teka teki.  

b. Seloka (Pantun Berkait)  
Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait.Seloka mempunyai ciri: (1) Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua. (2) Baris
kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga, dan seterusnya, sedangkan aturan pembuatan pantunnya sama dengan aturan pantun yang sudah disebutkan sebelumnya.   

c. Talibun 
Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harusgenap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.Jadi, apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c –  d.

d. Pantun Kilat (Karmina)  
Karmina mempunyai ciri-ciri: Setiap bait terdiri dari dua  baris, baris pertama  merupakan sampiran. Baris kedua merupakan isi. Bersajak a – a. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata. Pada umumnya karmina digunakan untuk memberi sindiran secara halus. Karmina juga dapat dibagi lagi sesuai dengan isinya sebagaimana pantun.  

e. Mantra 
Mantra adalah puisi tua yang keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada  mulanya bukan sebagai karya sastra melainkan sebagai adat dan kepercayaan. Mantra tidak memiliki aturan tertentu seperti halnya dalam pantun. Hanya pada saat itu mantra dianggap mengandung kekuatan ghaib yang diucapkan dalam waktu tertentu.   

f. Gurindam 
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India) yaitu kirindam yang berarti mula-mula, amsal, atau perumpamaan. Gurindam mempunyai ciri: Sajak akhir berima a – a ; b – b; c – c dst. Sama dengan ciri sastra lama lainnya gurindam berisinya nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui sebab akibat. 

g. Syair 
Syair merupakan salah satu jenis puisi lama.  Kata "syair" berasal dari bahasa Arab syu’ur yang berarti "perasaan". Kata syu’ur berkembang menjadi kata syi’ru yang berarti "puisi" dalam pengertian umum. Syair dalam kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum. Akan tetapi, dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga syair didesain sesuai dengan keadaan dan situasi yang terjadi. Penyair yang berperan besar dalam membentuk syair menjadi khas Melayu adalah Hamzah Fansuri dengan berbagai karya syair yang ditulisnya, antara lain: Syair Perahu, Syair Burung Pingai, Syair Dagang, dan Syair Sidang Fakir. Syair memiliki ciri: Setiap bait terdiri atas empat baris. Setiap baris terdiri atas 8-12 suku kata. Bersajak a-a-a-a. Isi tidak semua sampiran.





PUISI BARU
Puisi baru adalah puisi yang bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Ciri-ciri Puisi Baru : ... Sebagian besarpuisi empat seuntai; Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)

Contoh Puisi Baru, Ciri Ciri dan Pengertiannya Lengkap

 ubayPosted on October 19, 2015
Contoh Puisi Baru, Ciri Ciri dan Pengertiannya Lengkap – Puisi baru merupakan jenis dari puisi modern yang tidak lagi terikat dengan aturan-aturan atau di ciptakan secara bebas oleh sang pengarang, puisi ini pula ada atau terlahir setelah puisi lama.
Contoh Puisi Baru, Ciri Ciri dan Pengertiannya Lengkap

Ciri-ciri dari puisi baru:

·        Bentuk dari puisi ini rapi dan simetris
·        Memiliki sajak akhir (sajaknya yang teratur)
·        Hampir semua puisi baru terdiri atas empat seuntai
·        Tidaklah terikat pada suatu aturan
·        Dibuat atas dasar kemauan si penulis atau pengarang puisi
·        Pada tiap barisnya terdiri dari sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
·        Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain.
·        Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.

 

Jenis-jenis Dari Puisi Baru:

Jenis Puisi Baru Menurut Isinya:
1.     Balada, merupakan jenis dari puisi baru yang berisi mengenai sebuah kisah atau cerita tentang hal atau seseorang
2.     Romance, merupakan jenis dari puisi baru yang isinya tentang sebuah laporan atau tuangan perasaan cinta, kasih dan sayang
3.     Himne, merupakan jenis dari puisi baru yang isinya mengenai sebuah pujiaan untuk Tuhan, Pahlawan sampai tanah airnya
4.     Epigram, merupakan jenis dari puisi baru yang berisi tentang tuntutan atau ajaran hidup
5.     Ode, merupakan jenis puisi baru yang isinya mengenai sanjungan untuk seseorang yang telah berjasa
6.     Elegi, merupakan jenis puisi baru yang berisi mengenai ratapan atau kesedihan
7.     Satire, merupakan jenis puisi baru yang isinya tental sebuah sindiran atau kritikan
Jenis Puisi Baru Menurut Bentuknya:
1.     Distikon, merupakan jenis puisi baru pada tiap bait dari puisi baru terdiri dari 2 baris saja.
2.     Terzina, merupakan jenis puisi baru pada tiap baitnya terdiri dari 3 baris.
3.     Kuatrain, merupakan jenis puisi baru yang mana pada tiap bait dari puisi baru ini terdiri dari 4 baris.
4.     Kuint, merupakan jenis puisi baru pada tiap bait dari puisi baru terdiri dari 5 baris.
5.     Sektet, merupakan jenis puisi baru pada tiap baitnya terdiri dari 6 baris.
6.     Septime, merupakan jenis puisi baru pada tiap baitnya terdiri atas 7 baris.
7.     Oktaf atau Stanza, merupakan jenis puisi baru pada tiap baitnya terdiri atas 8 baris.
1.     Soneta, merupakan jenis puisi baru pada baitnya terdiri atas 14 baris yang mana dibagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing terdiri atas 4 baris, dan bait keduanya masing-masing 3 baris.
2.     Prosa liris merupakan suatu bentuk karya sastra yang berisi curahan perasaan pengarang secara subyektif yang disajikan seperti bentuk prosa, namun menggunakan bahasa berirama yang biasa digunakan dalam puisi. Walaupun ia boleh dikatakan terletak antara prosa dan puisi, namun karena memenuhi kaidah puisi (khususnya irama, diksi dan majas), maka prosa liris tergolong dalam jenis puisi.

Prosa liris eksis dalam semua zaman sejak zaman Puisi Lama hingga zaman Puisi Kontemporer saat ini. Al Qur’an selaku Kitab Suci ditulis dengan menggunakan gaya bahasa prosa liris. Dalam zaman Puisi Lama karya prosa liris misalnya Kaba Sabai Nan Aluih  (Tulis St. Sati) dan Hikayat Cindur Mata  (Aman Dt. Majoindo). Walapun sangat langka, dalam zaman Puisi Baru dan Puisi Kontemporer masih ada saja penyair yang menulis dalam bentuk prosa liris.
Contoh:
Hari ini tak ada tempat Berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang didepan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas
(iqbal)
TOKOH TOKOH
Puisi modern
Puisi modern atau puisi baru adalah jenis puisi yang tidak terikat oleh aturan-aturan yang umum berlaku untuk jenis puisi lama. Struktur untuk puisi baru juga lebih bebas, baik dalam segi suku kata, jumlah baris, maupun rimanya. Jenis puisi modern ini terbagi menjadi tujuh macam, yaitu ode, epigram, romance, elegi, satire, himne, dan balada. Berikut penjelasan jenis jenis puisi modern dan pengertian lengkap.

Jenis jenis Puisi Modern dan pengertian Lengkap
1. Ode
Ode adalah puisi yang mengungkapkan sanjungan atau pujaan kepada orang-orang yang berjasa. Ode ini biasa ditulis dalam nada agung dan tema serius, sehingga karakteristik bahasanya terlihat lebih berbeda daripada puisi-puisi baru jenis lain. Kata “ode” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “nyanyian”. Maka, tidak heran bila ode banyak dialntunkan oleh masyarakt pecinta puisi sambil diiringi tari-tarian dan nyanyi-nyanyian dalam paduan suara.
Contoh:

Guruku....
Engkau pahlawanku
Pahlawan tanpa tanda jasa
Engkau menemaniku
Saatku di sekolah
Saatku belum mengenalmu
Engkau mengajariku
Mulai dari taman kanak-kanak 
Engkau kusampai kuliah

 Guruku ....
 Takkan kulupakan semua jasamu
 Yang telah bersusah payah mengajariku
 Hingga aku bisa
 Terima kasih guruku
 Thank you guruku
 (ditulis oleh penyair tanpa nama)

2. Epigram 
Epigram adalah puisi yang berisi tentang ajaran hidup atau tuntunan ke arah kebenaran. Kata “epigram” berasal dari bahasa Yunani, epigramma yang berarti pedoman, teladan, nasihat, atau ajakan untuk melakukan hal-hal yang benar. Dilihat dari strukturnya, epigram termasuk dalam kategori puisi yang ditulis dalam bentuk sederhana, singkat, lansung tertuju pada tujuan, serta menggunakan kosakata yang berlebihan.
Contoh :

Hari ini tak ada tempat untuk berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang berada di garis depan, 
Yang menunggu sejanak sekalipun pasti tergilas 


3. Remance 
Romance adalah puisi yang berisi tentang kisah-kisah percintaan, romance pada umumnya lahir dari pengalaman pengarang tentang kisah percintaan yang pernah dialaminya. Atau, romance juga bisa lahir dari pengamatan pengarang terhadap orang-orang sekitar yang tengah menjalin hubungan cinta dengan kekasihnya.
Contoh :

Mencintaimu
Mungkin aku bukanlah cinta yang paling sempurna
Hanya sebatas hati yang ingin mencurahkan rasa padamu
Karena mencintaimu adalah keindahan dilangit hatiku
Dan, mencintaimu adalah kesempurnaan kebahagiaan hatiku.

Aku mencintaimu
Seperti bunga mencintai keharumannya
Seperti hujan mencintai tetes airnya
Seperti bulan mencintai malamnya
Seperti matahari yang mencintai cahayanya
Jantung ini tidak akan berdetak selamanya
Tapi jika Tuhan mengijinkan 
Selama jantungku berdetak 
Ijinkan mencintaimu dalam ketulusan 

Aku mencintaimu
Bukan karena aku inin memiliki apa yang ada di dalam dirimu
Hanya ingin melihatmu tersenyum
Melukis rasa bahagia di  setiap titian hidupmu

Aku mencintaimu
Bukan karena aku kagum pada dirimu
Hanya ini membuatmu sempurna
Meski aku tak pernah bisa sempurna 

Aku mencintaimu
Bukan kemarin atau saat ini
Tapi percayalah, 
Kemarin, kini, dan nanti
Adalah saat-saat di mana aku kan terus mencintaimu.
(ditulis penyair tanpa nama)
4. Elegi
Elegi adalah puisi baru yang berisi tentang ratap tangis atau kesedihan. Objek yang digambarkan di salam elegi biasanya berupa pengalaman-pengalaman pahit atas hal yang pernah dialami, atau bisa juga berupa penyesalan atau sesuatu yang pernah dilakukan di masa lalu.
Contoh:

Dalam rintihan hati
Aku selalu menyebut nama-Mu
Renungi dosa yang tak terampuni
Khilaf-khilaf kian perih
Sembahyangku bersujud kepada-Mu
Merangkai doa yang kian banyak
Menepis rasa sesal di hati
Oh Tuhan...
Hanya kepada-Mu aku memohon
Ampunilah dosa dan lhilafku
(ditulis oleh Dhea Permata Resky dengan judul “Doa dan Khilaf)

5. Satire
Satire adalah puisi baru yang berisi sindiran atau kritik kepada penguasa atau orang yang memiliki kedudukan (jabatan). Satire berasal dari bahasa Latin, satura yang berarti sindiran atau kecaman. Tokoh sastrawan yang sering menulis satire adalah W.S. Rendra.
Contoh:

Aku bertanya...
Tetapi pertanyaan-pertanyaanku
Membentur jidat penyair-penyair salon,
Yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
Sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya,
Dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
Termangu-mangu dalam kaki dewi kesenian
(W.S. Rendra dengan judul “Aku Bertanya)

6. Himne 
Himne adalah puisi yang berisi pujian-pujian untuk Tuhan atau pujian-pujian untuk tanah air tercinta serta pahlawan yang telah ikut berjuang membela kemerdekaan. Kata “himne” berasal dari bahasa Yunani, hymnos yang berarti pujian atau pujaan.
Contoh :

Aku kecil namun aku tak bisa dianggap kecil
Aku lemah namun aku tak bisa menyerah
Selama nyawa masih melekat di dalam raga
Dan suara detak jantung msih terasa
Ku akan terus berlari mengejar sang surya
Walaupun aku miskin bukan berarti aku tak punya 
Dengan semangat empat lima
Dengan suara lantang mendeka
Ku terus kobarkan sang saka
Demi bangsaku tercinta
(ditulis oleh Fia Afridah dengan judul “Bangsaku”)

7. Balada
Balada adalah puisi yang menceritakan tentang kisah dari sebuah karangan pribadi, mitos, atau legenda yang diyakini kebenarannya di masyarakat. Balada terkadang ditulis menyerupai dialog oleh pengarang dengan tujuan untuk menghidupkan cerita yang ada di dalamnya. 
Contoh:

Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya dipucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang
Segenap warga desa mengepun hutan itu
Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah dibahu kiri
Satu demi satu yang maju terhadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka
Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan metiku jauh orang pap
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa
Anak parah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang
Joko Pandan! Di mana ia?
Hanya padanya seorang kukandung dosa
Bedah perutnya tapi maish setan ia
Menggertak kuda, di tiap ayun menunggung kepala
Joko Pandan! Di manakah ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi derapnya kuda hitam 
Ridla dada bagi derunya dendam yang tiba
Pada langkah pertama keduanya sama baja
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak ansoka
Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
Pesta bulan, sorak sorai, anggur darah.
Joko Pandan mengak, menjilat darah di pedang 
Ia telah terbunuh bapaknya.
(ditulis oleh W.S. Rendra dengan judul “Balada Terbunuhnya Atmo Karpo)



puisi kontemporer
 Puisi kontemporer adalah bentuk puisi kekinian. Puisi tidak lagi dipandang sebagai karya sastra yang terikat oleh bentuk dan rima, tetapi sebuah puisi diciptakan untuk menyampaikan gagasan. dipandang sebagai pelopor revolusi bentuk puisi. Baginya bentuk puisi itu tidak penting.
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman.

Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri.

Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:
v  Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
v  Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
v  Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.
v  Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif)

Ciri-ciri Puisi Kontemporer

Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata yang makin kasar, ejekan, dan lain-lain.

Pemakaian kata-kata simbolik atau lambang intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.


Tokoh-tokoh Puisi Kontemporer

Tokoh-tokoh puisi kontemporer di Indonesia saat ini, yaitu sebagai berikut:

1.         Sutardji Calzoum Bachri dengan tiga kumpulan puisinya O, Amuk, dan O Amuk Kapak
2.         Ibrahim Sattah dengan kumpulan puisinya Hai Ti
3.         Hamid Jabbar dengan kumpulan puisinya Wajah Kita


Macam-macam Jenis Puisi Kontemporer

Puisi kontemporer dibedakan menjadi 3 yaitu


1. Puisi Mantra

 Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. 
Ciri-ciri mantra adalah:

1.     Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu
2.     Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri
3.     Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.

Contoh Puisi Mantra:

    Shang Hai

    ping di atas pong

    pong di atas ping
    ping ping bilang pong
    pong pong bilang ping

    mau pong? bilang ping

    mau mau bilang pong
    mau ping? bilang pong
    mau mau bilang ping

    ya pong ya ping

    ya ping ya pong
    tak ya pong tak ya ping
    ya tak ping ya tak pong
    sembilu jarakMu merancap nyaring
    (Sutardji Calzoum Bachri dalam O Amuk Kapak, 1981)

2. Puisi Mbeling

 Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. 
Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama "Puisi Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main.

Ciri-ciri puisi mbeling adalah:

1.                 Menyampaikan kritik sosial terutama terhadap sistem perekonomian dan pemerintahan.
2.                 Menyampaikan ejekan kepada para penyair yang bersikap sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismail menyebut puisi mbeling dengan puisi yang mengkritik puisi.
3.                 Mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).


Contoh Puisi Mbeling:

    Sajak Sikat Gigi

    Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur

    Di dalam tidur ia bermimpi
    Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka

    Ketika ia bangun pagi hari

    Sikat giginya tinggal sepotong
    Sepotong yang hilang itu agaknya
    Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali
    Dan ia berpendapat bahwa, kejadian itu terlalu berlebih-lebihan
    (Yudhistira Ardi Nugraha dalam Sajak Sikat Gigi, 1974)


3. Puisi Konkret

 Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai gambar tertentu. 
Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya.

Contoh Puisi Konkret:

    Doktorandus Tikus I

    selusin toga

    me
    nga
    nga
    seratus tikus berkampus
    diatasnya
    dosen dijerat
    profesor diracun
    kucing
    kawin
    dan bunting
    dengan predikat
    sangat memuaskan
    (F.Rahardi dalam Soempah WTS, 1983)

Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:

·                     Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
·                     Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
·                     Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.
·                     Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif)


Tokoh puisi kontemporer adalah Taufik Ismail, Darmanto Jatman, Rendra, Sutarji Calzoum Bachri. Di antara puisi kontemporer yaitu; berjudul: Malam Sebelum Badai karya Taufik Ismail.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis SWOT Sendal jepit kain flanel